This is an example of a HTML caption with a link.

Minggu, 16 Desember 2012

Sejarah Singkat Wonosobo


Berdasarkan cerita rakyat, pada sekitar abad XVII tersebutlah tiga orang pengelana yang masing-masing bernama Kyai Kolodete, Kyai Karim dan Kyai Walik, mulai merintis suatu pemukiman di Wonosobo
Selanjutnya Kyai Kolodete berada di dataran tinggi Dieng, Kyai Karim berada di daerah Kalibeber dan Kyai Walik berada di sekitar Kota Wonosobo sekarang ini. Sejak saat itu daerah didaerah ini mulai berkembang, tiga orang tokoh tersebut dianggap sebagai "cikal bakal" dari masyarakat Wonosobo yang dikenal sekarang ini. Makin lama daerah ini semakin berkembang, sehingga semakin ramai. Dikemudian hari dikenal beberapa nama tokoh penguasa daerah Wonosobo yang pusat pemerintahannya diSelomanik. Dikenal pula tokoh bernama Tumenggung Wiroduta di Pacekelan Kalilusi, yang selanjutnya dipindahkan k eLedok atau Plobangan saat ini.

Salah seorang cucu Kyai Karim juga disebut sebagai salah seorang penguasa di Wonosobo. Cucu Kyai Karim tersebut dikenal sebagai Ki Singowedono yang telah mendapat hadiah satu tempat di Selomerto dari Keraton Mataram serta diangkat menjadi penguasa daerah ini, namanya berganti menjadi Tumenggung Jogonegoro. Pada masa ini pusat kekuasaan dipindahkan ke Selomerto. Setelah meninggal dunia Tumenggung Jogonegoro dimakamkan di desa Pakuncen.

Pada Awal abad XVIII agama Islam sudah mulai berkembang luas didaerah Wonosobo. Seorang tokoh penyebar agama Islam yang sangat terkenal masa itu adalah Kyai Asmarasufi yang dikenal pula sebagai menantu Ki Wiroduta salah seorang penguasa Wonosobo. Kyai Asmarasufi pendiri masjid Dukuh Bendosari dipercaya sebagai "Cikal Bakal" atau tokoh yang kemudian menurunkan para ulama islam dan pemilik Pondok Pesantren terkenal yang ada di Wonosobo pada masa berikutnya seperti Kyai Ali Bendosari, Kyai Sukur Soleh, Kyai Mansur Krakal, Kyai Abdulfatah Tegalgot, Kyai Soleh Pencil, Kyai As'ari, Kyai Abdulfakih, Kyal Muntaha dan Kyai Hasbullah. Selanjutnya pada masa antara tahun 1825 s/d 1830 atau tepatnya pada masa perang Pangeran Diponegoro, Wonosobo merupakan salah satu medan pertempuran yang penting dan bersejarah yang juga merupakan salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro, dengan kondisi alam yang menguntungkan serta dukungan masyarakat yang sangat besar terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro. Sebagai contoh adalah medan-medan pertempuran seperti Gowong, Ledok, Sapuran, Plunjaran, Kertek, dan sebagainy. Disamping itu dikenal pula beberapa tokoh penting di Wonosobo yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan kekuasaan kolonil Belanda. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Imam Musbach atau dikemudian hari dikenal dengan nama Tumenggung Kerto Sinuwun, Mas Lurah atau Tumenggung Mangunnegaran, Gajah Permodo dan Ki Muhamad Ngarpah. Ki Muhamad Ngarpah adalah salah seorang tokoh penting yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro di Wonosobo.

Dalam pertempuran di Logorok tersebut ki Muhamad Ngarpah bersama-sama Ki Mulyosentiko beserta pasukannya berhasil menewaskan ratusan tentara belanda termasuk 40 orang tentara Eropa. Disamping itu berhasil pula mengambil "Emas Lantakan" senilai 28.000 gulden pada saat itu. Pada pencegatan di Logorok ini Belanda mengalami kekalahan, sehingga hanya beberapa orang serdadu yang dapat melarikan diri.
Menurut catatan sejarah, kemenangan Muhamad Ngarpah serta para pendukungnya itu adalah merupakan "Kemenangan Pertama" pasukan pendukung Pangeran diponegoro. Maka berdasarkan "keberhasilan" itu Pangeran Diponegoro memberi nama Setjonegoro kepada Muhamad Ngarpah dan nama Kertonegoro kepada Mulyosentiko. Selanjutnya Setjonegoro diangkat sebagai penguasa Ledok dengan gelar Tumenggung Setjonegoro. Pada masa-masa berikutnya Setjonegoro terus aktif mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, bersama-sama dengan tokoh-tokoh pendukung Pangeran Diponegoro lainnya seperti Ki Muhamad Bahrawi atau Muhamad Ngusman Libasah, Muhamad Salim, Ngabdul Latip dan Kyai Ngabdul Radap.

Dalam pertempuran di Ledok dan sekitarnya Tumenggung Setjonegoro mengerahkan 1.000 orang prajurit yang dipimpin oleh Mas Tumenggung Joponawang untuk menghadapi serbuan Belanda. Tumenggung Seconegoro juga pernah mendapat tugas dari Pangeran Diponegoro untuk mengepung benteng Belanda di Bagelan. Dalam pertempuran dengan Belanda didaerah Kedu mengakibatkan terbunuhnya pemimpin pasukan Belanda Letnan de Bruijn. Selain itu Setjonegoro dan Kertonegoro juga terlibat dalam pertempuran di daerah Delanggu, mereka memimpin pasukan di daerah Landur untuk menghadang pasukan Belanda yang datang dari Klaten.

Eksistensi kekuasaan Setjonegoro didaerah Ledok ini dapat dilihat lebih jauh dari berbagai sumber termasuk laporan Belanda yang dibuat setelah perang Diponegoro selesai. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro adalah Bupati yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke kawasan Kota Wonosobo sekarang ini.



Putri Kerajaan Thailand Berkunjung ke Dieng



Putri Kerajaan Thailand, Maha Chakri Sirindhorn, menyempatkan diri berkunjung ke Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Saat mampir ke kantor Pemerintah Kabupaten Wonosoba, Sirindhorn mendapat hadiah buku berjudul Mata Air Peradaban dari Bupati Wonosobo Abdul Kholiq Arif.

Hadiah ini sebagai penghormatan kepada Putri Sirindhorn karena memiliki komitmen kesejarahan yang bagus. "Putri Thailand yang merupakan penulis ingin merunut sejarah Dieng,” kata dia di halaman Pendopo Kabupaten Wonosobo, Selasa, 20 November 2012.

Menurut dia, sejarah kepurbakalaan Dieng menarik minat putri yang merupakan seorang peneliti sejarah. Apalagi, Thailand memiliki beberapa kemiripan budaya dan sejarah dengan Nusantara. Kholiq berharap buku tulisannya itu menjadi sumber referensi sejarah purbakala. "Sebagai seorang peneliti, putri tentu akan mengembangkan gagasan sehingga muncul penemuan-penemuan baru tentang sejarah Dieng," ujar dia.

Pemerintah Kabupaten Wonosobo, kata dia, akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan Thailand untuk mengembangkan sejarah purbakala. Melalui kerja sama itu, ia berharap muncul konsep sejarah Nusantara yang utuh. Buku setebal 542 itu mengulas Dieng sebagai pusat peradaban dan sejarah Jawa.

Kholiq melibatkan sejumlah peneliti dan guru besar dari beberapa universitas sebelum menulis buku itu. Buku dengan pengantar dari Gus Dur itu juga menjelaskan situs-situs benda purbakala peninggalan kerajaan Hindu Wangsa Sanjaya dan Kerajaan Buddha Wangsa Syailendra.

Adapun, putri pasangan raja Thailand Bhumibol Adulyadej-Ratu Sirikit itu hari ini mengunjungi kompleks candi Hindu yang dibangun pada abad VII. Beberapa candi yang dikunjungi meliputi Candi Arjuna, Semar, Srikandi, dan Bima. Candi-candi itu terletak di perbatasan Wonosobo-Banjarnegara. Selain ke Dieng, Putri Sirindhorn dijadwalkan berkunjung ke Candi Borobudur, Magelang, pada Rabu, 21 November 2012.

Sumber: Tempo.co
Foto: Antaranews.com



Angelina Sondakh: Dieng Yang Terlupakan


Sungguh menakjubkan ketika saya tiba di dataran tinggi Dieng. Dipenuhi dengan tanaman kentang serta udara yang segar dan tenang. Dataran yang berada 2.100 m diatas permukaan laut membuat keindahan Dieng menjadi tempat untuk dinikmati bersama.

Setibanya di Dieng Platue Theater (DPT yang baru saja dikunjungi Presiden RI dan Ibu Negara).  Saya bersama rombongan Komisi X langsung menikmati eloknya pemandangan Dieng dari ketinggian. Tak heran kalau pada tahun 1996 Dieng sempat terkenal dengan kedatangan turis baik dari dalam negeri dan dari luar negeri. Selain itu, DPT juga merupakan sarana edukasi untuk mempelajari gejala alam dataran tinggi Dieng yang menakjubkan. Adapula terdapat berbagai peninggalan sejarah berupa candi-candi Hindu Kuno yang dibangun tahun 809 M, berbagai keajaiban alam berupa kawah-kawah aktif, telaga-telaga dan sumur raksasa.

Tapi mengapa sekarang Dieng seperti terlupakan?
Marilah kita jawab bersama. Pemerintah mengambil perannya sebagai fasilitator untuk mengarahkan Dieng sebagai tujuan wisata perlu diaktifkan dan saya rasa dengan kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhono perlu kita berikan apresiasi yang tinggi. Mengingat dengan hal tersebut maka perhatian masyarakat terhadap Dieng menjadi tinggi. Namun itu saja tidak cukup, kita harus lebih memperhatikan dan melihat langsung tempat-tempat wisata di Indonesia dengan keindahan alamnya yang sangat mengagumkan.

Love,



Selasa, 04 Desember 2012

Gardu Pandang Tieng



Bagi Anda yang ingin menikmati sunrise tapi tidak ada banyak waktu atau tidak ingin naik ke puncak Sikunir, bisa menikmati pemandangan terbitnya matahari di Gardu Pandang Tieng. Gardu pandang ini terletak di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, tepat di sisi kanan jalan menuju Dataran Tinggi Dieng. Jarak menuju kawasan Dieng masih sekitar 7 KM lagi. Gardu ini berada pada ketinggian 1789dpl. 

Selain pemandangan sunrise, pada siang harinya akan terlihat hamparan pedesaan dan lahan perkebunan kentang di sepanjang mata memandang disertai lekukan-lekukan sungai Serayu dan indahnya perbukitan.

Gardu pandang ini gratis, tidak dipungut biaya masuk. Selain menikmati pemandangan, di tempat ini juga dijajakan berbagai makanan penghangat lambung dan aneka oleh-oleh souvenir khas Dieng.



Minggu, 02 Desember 2012

Paket Arung Jeram Sungai Serayu




Nikmati eksotisme dan pengalaman tak terlupakan dengan ber-arung jeram di Sungai Serayu. Dapatkan sensasi berbeda dengan pengalaman seru bersama kami untuk memacu adrenalin Anda.

Pilih paket sesuai minat dan budget Anda berikut ini:

  1. Paket A. Rp. 185.000/orang, trip sejauh 18 KM. Waktu tempuh 2,5 jam.
  2. Paket B. Rp. 200.000/orang, trip sejauh 20 KM. Waktu tempuh 3 jam.
  3. Paket C. Rp. 250.000/orang, trip super ekstrim sejauh 17 KM. Waktu tempuh 3 jam.
  4. Paket D. Rp. 300.000/orang, full trip super ekstrim sejauh 4 jam.



Jumat, 23 November 2012

Paket Wisata Umum Ke Dieng Dengan Hotel Melati


Paket ini adalah paket untuk Anda rombongan, baik keluarga, rombongan instansi, sekolah maupun peneliti. Berikut ini daftar paket yang kami sediakan untuk hotel kelas melati selama 2 hari 1 malam.
1) Harga Paket Rp.240.000,00 / pack 1 Kamar 2 Peserta min 17 peserta
2) Harga Paket Rp.220.000,oo / pack 1 Kamar 3 Peserta min 17 peserta
3) Harga Paket Rp.180.000,00 / pack 1 Kamar 4 Peserta min 17 peserta
Fasilitas:

a)Hotel: -Welcome Drink, -Kamar Mandi Dalam Water Hot & Water
cool   -Extra Bed.
b) 3 kali Makan Prasmanan, dan 1 kali snack.
c) Dieng Tour (transportasi Pp Hotel – Dieng, -Tiket Masuk)
Obyek: -Komplek Candi Arjuna
-Musium Kaliasa
-Kawah Sikidang
-Dieng Plateau Theater
-Telaga Warna
d)Pemandu Lokal
e)Retribusi Garung dan Parkir




Paket Wisata Dieng Dengan Hotel Bintang 4



H
arga Paket: Rp.650.000,00/ pack minimal 17 peserta
Fasilitas :
-Menginap 1 malam di kamar superior
di isi 2 orang.
-3 kali makan prasmanan.
-2 kali rehat kopi prasmanan.
- Dieng Tour (Transportasi Hotel – Dieng Pp, Tiket Masuk Obyek, Guide).
Fasilitas Hotel Yang Kami Pakai:
- Maespati dan Wirata Restaurant, Mandura Bar.
- Kolam Renang, Biliard, Lapangan Volley, Business Center.
- Parkir Yang Luas.